When i remember you

Posted on Saturday, January 31, 2015 by Butterfly Snow Diaries

Ku berdiri diam menatapmu terpaku. Seolah tak percaya kau berdiri dihadapanku. Sekian detik waktu terasa diam membisu, hingga kau tersenyum manis menyapaku. Kau ulurkan tanganmu yang ku sambut dengan ragu. Aku begitu kikuk berhadapan denganmu. Sesaat aku tampak seperti orang bodoh. Tergagap menanggapi pertanyaanmu. Ya, aku memang bodoh hanya dapat menjawab singkat pertanyaanmu tanpa sempat melontarkan pertanyaan kembali. Meski dihatiku terdapat begitu banyak tanya  akan dirimu, aku tetap tak mampu berkata. Diam. Tetap diam terpaku menatap dirimu.

Menatapmu aku seakan mengerti. Sepertinya kau sengaja menciptakan jarak terhadapku. Ku perhatikan tingkahmu dengan seksama, meski senyummu tulus saat menyapaku. Setelah itu kau terlihat kaku. Kau terlihat serba salah ketika aku menyadari tingkahmu dan dengan segera kau ambil langkah seribu. Meninggalkanku dalam bingung yang tiada berujung.

Apa salahku hingga kau harus menjauh? Aku tak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Terakhir kau bersikap hangat padaku adaah ketika temanku berkata aku menyukai dirimu. Hei, kau tau itu hanya gurauan masa kecil. Aku tidak bodoh untuk tau siapa kamu? Dan siapa diriku? Kita tak mungkin bisa bersama bukan? Lagipula aku menyayangimu sebagai kakakku. Rasanya bodoh jika perasaaan cinta benar-benar bersemi dihati. Jika itu terjadi aku akan segera memangkasnya sampai mati.

Seandainya saat itu aku bisa menjelaskan semua padamu. Mungkinkah kita tak kan seperti ini? Atau memang takdir mengharuskan kita hanya sampai segini? Kakak.. rasanya aku ingin sekali memanggilmu dengan sebutan itu. Aku ingin sekali punya sosok seorang kakak. Menjadi anak pertama dikeluarga rasanya sulit. Setidaknya untuk menjadi panutan adikku, aku harus berilmu. Tak ada tempat bersandar kala hatiku rapuh, tak ada tempat bernaung kala hatiku sedang gundah, tak ada perisai yang ampuh kala aku terjatuh. Tapi bersamamu aku merasa menjadi seorang adik. Bebanku jauh lebih ringan walau hanya sesaat.

Buatku, kau sangat berarti. Sedih melihat sosokmu semakin lama semakin hilang dari kehidupanku. Kau ingat betapa dulu aku selalu mengekor dibelakangmu. Meski begitu kau tak marah dengan kehadiranku. Kau dengan sabar menjelaskan apa pun yang ingin ku ketahui darimu. Kau membimbingku layaknya seorang  kakak. Membelaku saat yang lain menertawakanku.


Kita tumbuh bersama  saling bertukar cerita dan tertawa bersama. Bukankah masa itu sungguh menyenangkan? Mengapa mesti hilang? Mengapa semakin dewasa terasa hambar? Dimana keluguan saat kita masih kecil dulu? Apakah bertambah dewasa berarti semakin banyak yang akan hilang? Tidak. Ini rasanya tak adil. Aku hanya ingin kita seperti kakak dan adik. Tak bolehkah itu? Bukankah dari awal kita sudah seperti itu? Mengapa harus menjauh? Mengapa sekarang seperti dua orang yang tidak saling mengenal? Aku tak peduli orang lain menilai seperti apa. Karena yang sesungguhnya tau apa yang terjadi diantara kita, bukan mereka. Yah, mungkin kau peduli itu. Tapi, aku merindukan kita yang dulu... tak bisakah kita tua bersama? Hidup berdampingan dan saling mengasihi?