Simphoni hati

Posted on Sunday, January 23, 2011 by Butterfly Snow Diaries

Semburat sinar menyingsing di ufuk timur, menyapa hati dalam keputusasaan
ku tahu apa yang terjadi hari ini tak khan berbeda dengan kemarin

saat ku hanya bisa menatapmu dalam kejauhan
saat ku hanya bisa tersenyum melihatmu dari persembunyianku
saat ku hanya bisa menatap pilu dikala ku merindukanmu
saat ku hanya bisa
berdiri jauh dibelakangmu
saat ku hanya bisa terus berada dalam kepalsuan

kau tahu hati ini seperti ditikam pisau
berlaku sedingin es padamu, membuatku ingin meneteskan segumpal pilu yg mendera

mungkin kau hanya bisa melihat senyum ku yang merekah,
tanpa bisa melihat segenggam piluku yang mulai tersamarkan
mungkin kau hanya bisa menganggap aku gila, tanpa menyadari maksudku yang sebenarnya
mungkin kau selalu melihat sisi negatifku, tanpa berusaha mencari tahu keberadaanku sesungguhnya

kau pernah bilang merindukan keadaan yang seperti dulu
tapi kau tak pernah berusaha mengembalikannya
itu sebabnya aku tak pernah tinggal diam
walau sakit ku coba mempertahankannya

kau tau ku lakukan itu karena buatku
tak akan pernah sirna bayangan tentang dirimu dalam hidupku

tapi kini aku menyerah
jika memang sahabat adalah beban buatmu
sesuai dengan permintaanmu
aku akan berusaha menghilang dari bayanganmu

walau kau telah menghapusku dari kehidupanmu,
aku tak khan pernah membalasnya
karena buatku sahabat adalah anugrah
izinkan ku untuk mengenangnya

aku merasa sepi kehilangan dirimu
namun aku akan berusaha menghapus rasa sepiku
tetaplah tersenyum, sahabatku!

_YEP_

Berhentilah Kau Paksa Diriku

Posted on by Butterfly Snow Diaries

Aku berada dalam rundung keputusasaan
Tanpa dinding yang menjadi sandaran
Berdiri pun aku seolah tak mampu
Dalam langkah gontai ku berusaha mencari pijakan
Mengenggam asa dalam sinar kepahitan

Tiba-tiba kau datang,
Memasuki hidupku yang penuh kebimbangan
Kedatanganmu bukan kebahagiaan
Melainkan derita dalam nestapaku yang tak kunjung padam

Merah padam wajah ini
Dikala menahan amarah dihati
Menatap kelakuanmu yang seperti benalu
Menjadi parasit dalam hidupku

Aku tak pernah melarangmu,
Jika kau anggap aku sebagai sahabatmu
Walau saat itu aku berkata ya
Tapi hatiku berkata tidak untukmu

Perlu kau tahu,
Sejak awal aku berteman denganmu
Aku tak pernah suka denganmu
Aku tak pernah suka dengan kelakuanmu
Namun, aku selalu berusaha untuk tidak membenci dirimu

Aku tak pernah tahu,
Apa kau benar-benar menganggapku sahabatmu atau tidak?
Tapi satu yang ku tahu
Terlalu banyak waktu yang kita lalui bersama
Sehingga, aku tak ingin membencimu
Aku pun telah menganggapmu sebagai bagian dari hidupku

Malam itu kau datang,
Dikala kebencianku telah sirna
Kau pintaku agar kembali seperti dulu

Permintaanmu begitu sederhana
Namun, aku tak bisa memenuhinya
Sebelum kau berubah

Kau seperti bintang di lautan yang luas
Namun, kau tak pernah mau aku menganggapmu seperti itu
Jangan harap aku jadi seperti apa yang kau mau
Semua telah berubah dimataku

nb: buat yg ngerasa maaf ya, tapi itu perasaan gw yg sebenarnya. Gw mohon dengan sangat jangan memutar balikkan apa yang gw tulis. Lebih baik diam jika lo gak tau yang sebenarnya. . MAAF bgt hati gw gak bisa lo paksa untuk berubah. . Tp gw akan selalu berusaha gak ngebenci lo. .

Cahaya dalam kegelapan

Posted on by Butterfly Snow Diaries

Kala fajar menghilang,
ku membungkam, menatap lurus ke depan
diam dalam keheningan yang mencekam

secercah senyum terselip di sudut bibirku
memalsukan semburat pilu yang sudah tak terbendung lagi
ingin sekali ku teteskan amarah ini kepada-Nya, tapi ku tahu Tuhan pasti punya jalan lain

pemberontak memanglah sikapku,
namun aku tak sanggup jikalau harus melawan takdir-Nya
kuhanya bisa terdiam, terus berusaha melewati gelapnya kehidupan
meskipun pahit mendera, tapi ku yakin esok mentari khan tersenyum dalam keagungannya

Untaian Kata

Posted on Sunday, January 16, 2011 by Butterfly Snow Diaries

Jika sahabat itu beban, biarkan aku menghilang.
Jika sahabat itu kesalahan, biarkan aku minta maaf.
Jika sahabat itu hutang, biarkan aku melunasinya.
Tapi jika sahabat itu anugrah, biarkan aku mengenangnya selamanya.